DJOVANKA NAZARENO * NEKAF MESE ANSAOF MESE * DJOVANKA NAZARENO * ATOIN METO AWAY FROM VIOLENCE

Profil Wilayah

Geografis
  • Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Kabupaten TTU adalah salah satu Kabupaten dari 5 (lima) kabupaten/kota yang ada di daratan Timor dan 21 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tanggara Timur (NTT) dengan batas-batas wilayah administratif sebagai
berikut:

Sebelah Selatan : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan

Sebelah Utara : berbatasan dengan wilayah Ambenu-Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) dan Laut Sawu

Sebelah Barat : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan

Sebelah Timur : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Belu.

Kabupaten TTU merupakan daerah daratan dengan luas 2.669,70 km 2 atau sekitar 5,48% dari luas daratan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sedangkan sebagian wilayah TTU yang berbatasan dengan Laut Sawu atau lazim
dikenal dengan sebutan wilayah pantai utara (pantura) yang memiliki luas lautan ± 950 km 2 dengan panjang garis pantai ± 50 km.
Secara administrasi pemerintahan, Kabupaten TTU terdiri dari 24 Kecamatan dan 174 kelurahan/desa (31 kelurahan dan 143 desa). Kecamatan-kecamatan di Kabupaten TTU yaitu : Miomaffo Barat, Miomaffo Tengah, Musi, Mutis, Miomaffo Timur, Noemuti, Bikomi Selatan, Bikomi Tengah, Bikomi Nilulat, Bikomi Utara, Naibenu, Noemuti Timur, Kota Kefamenanu, Insana, Insana Utara, Insana Barat, Insana Tengah, Insana Fafinesu, Biboki Selatan, Biboki Tanpah,
Biboki Moenleu, Biboki Utara, Biboki Anleu dan Biboki Feotleu.
  •  Letak dan Kondisi Geografis
Secara astronomis, posisi Kabupaten TTU terletak diantara 90 02' 48" dan 90 37' 36" Lintang Selatan (LT) serta antara 1240 04' 02" dan 1240 46' 00" Bujur Timur (BT).
Secara geografis pada umumnya merupakan tipologi desa daratan (163 Desa) dan hanya 11 desa yang termasuk tipologi desa kawasan pantai yaitu: Desa Oepuah dan Oepuah Utara di Kecamatan Biboki Moenleu; Kelurahan Humusu C,
Humusu Oekolo dan Desa Oesoko di Kecamatan Insana Utara; Desa Nonotbatan, Maukabatan, Tuamese, Oemanu, Motadik dan Kelurahan Ponu di Kecamatan Biboki Anleu.
Dilihat dari aspek rona fisik tanah, wilayah dengan kemiringan kurang dari 40 % meliputi areal seluas 2.065,19 km 2 atau 77,4 % dari luas wilayah TTU; sedangkan sisanya 604,51 km 2 atau 22,6 % mempunyai kemiringan lebih dari
40%. Wilayah dengan kemiringan kurang dari 40 persen sebagian besar berada pada ketinggian kurang dari 500 m dari permukaan laut yakni seluas 1676,51 km 2 atau 62,8 %. Berdasarkan data Lembaga Penelitian Tanah (LPT) Bogor (1974) memperlihatkan bahwa di Kabupaten TTU ditemukan 3 (tiga) jenis tanah yaitu : Litosol seluas 1.666,96 km 2 atau 62,44 %, tanah Kompleks seluas 479,48 km 2 atau 17,96 % dan tanah Grumusol 523,26 km 2 atau 19,60 %.
Hasil survei penyusunan rencana umum tata ruang wilayah Kabupaten
TTU memperlihatkan bahwa dari aspek kedalaman efektif tanah komposisi arealnya sebagai berikut: tanah dengan kedalaman efektif kurang dari 30 cm seluas 35.316 ha (13,2%); kedalaman 30-60 cm seluas 73.201 ha (27,4%); 60-90
cm seluas 16.354 ha (6,1%) dan kedalaman efektif diatas 90 cm dengan luas 142.099 ha (53,2 %). Kemampuan dan daya tahan tanah yang rawan erosi seluas 105.226 hektar (39,4%), dan sisanya 161.744 hektar (60,6%) merupakan tanah dengan struktur yang relatif stabil. Secara parsial tanah labil yang rawan erosi terdapat pada tiga wilayah kecamatan yakni Miomaffo Barat 37.921 hektar, Biboki Selatan 28.538 hektar, dan Biboki Utara 28.538 hektar.
Ditinjau dari aspek letak wilayah, Kabupaten TTU termasuk salah satu kabupaten wilayah perbatasan karena berbatasan langsung dengan negara RDTL dari 4 (empat) kabupaten di Propinsi NTT, oleh karena itu perlu mendapat perhatian terutama dalam hal pengembangan infrastruktur dan kemiskinan.

 Demografi Penduduk

1.  Jumlah Penduduk

Kondisi kependudukan di Kabupaten TTU menjadi faktor terpenting dalam proses pelaksanaan pembangunan karena penduduk dapat menjadi subyek sekaligus obyek dari pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk yang besar bermanfaat dalam penyediaan tenaga kerja untuk mengelola potensi SDA dan LH yang tersedia dan dapat juga untuk mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain apalagi wilayah Kabupaten TTU berbatasan
langsung dengan negara Timor Leste. Perkembangan penduduk yang pesat tanpa diimbangi dengan persediaan sumber daya alam dan sumber dana yang memadai, maka hanya akan menjadi beban bagi pembangunan. Sebaliknya, bila percepatan pertumbuhan penduduk jauh lebih lamban dari percepatan pertambahan sumber daya alam dan sumber dana yang ada, maka penduduk yang banyak dengan kualitas yang memadai akan menjadi modal pembangunan yang sangat berharga. Berdasarkan hal tersebut pemerintah dalam berbagai format perencanaan selalu menempatkan masalah kependudukan sebagai kerangka acuannya, karena penduduk dengan aspek kualitas dan kuantitasnya merupakan pelaku sentral sekaligus sebagai obyek yang menikmati hasil-hasil pembangunan secara lebih adil dan berprikemanusiaan. Jumlah penduduk Kabupaten TTU sampai akhir tahun 2009 sesuai hasil
registrasi sebanyak 227.147 jiwa yang terdiri dari perempuan 113.023 jiwa.

2.  Struktur Penduduk

Analisis struktur kependudukan (Registrasi Penduduk) tahun 2009 memperlihatkan beberapa indikator sebagai berikut : (1) Angka sex ratio pada tahun 2009 sebesar 99 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki sedikit lebih rendah dari penduduk perempuan yakni pada setiap 99 penduduk laki-laki terdapat 100 orang penduduk perempuan; (2) Dilihat dari struktur umur penduduk, maka sebagian besar penduduk TTU berada pada usia muda dimana konstruksi piramida penduduknya masih berbentuk ekspansif. Dari 227. 147 jiwa pada tahun 2009, sebesar 36,8 % merupakan penduduk usia muda (berumur 0 - 14 tahun); dan (3) Angka beban ketergantungan (Dependency Ratio) pada tahun 2009 adalah 75 yang menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif (15-64 tahun) harus menanggung sekitar 75 orang yang belum dan tidak produktif (usia <15 tahun ≥65 tahun). Proporsi penduduk yang tergolong Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dikatakan bahwa angka ini rendah pada umur-umur muda (karena sekolah), kemudian naik sejalan dengan kenaikan umur sampai mencapai puncaknya pada sekitar umur 25-29 tahun dan selanjutnya turun lagi secara perlahan pada umur-umur berikutnya (antara lain karena pensiun, kesehatan yang tidak memungkinkan dan telah mencapai usia yang tua sekali). TPAK di suatu wilayah dapat pula diartikan sebagai kesiapan penduduk di wilayah bersangkutan untuk terjun ke pasar kerja baik sebagai pekerja maupun pencari kerja. Pada tahun 2009, TPAK Kabupaten TTU sebesar 77,04 %.Angka kesempatan kerja merupakan perbandingan antara penduduk yang bekerja dengan angkatan kerja. Pada tahun 2009 angka kesempatan kerja TTU tergolong tinggi yakni 95,88 %, ini berarti angka pengangguran terbuka di TTU sebesar 4,12 %. Kendatipun tingkat penggangguran terbuka relatif kecil, namun bila dibandingkan dengan tingkat pendapatan per kapita penduduk yang masih rendah dapat diduga bahwa sebenarnya angka setengah pengangguran dan pengangguran terselubung di Kabupaten TTU terutama pada sektor pertanian di
pedesaan masih cukup tinggi. Komposisi penduduk yang bekerja pada tahun 2009 sebagian besar yakni 60,42 % dari penduduk yang bekerja, mempunyai lapangan pekerjaan utama di sektor pertanian. Selebihnya masing-masing 19,83 % bekerja pada sektor manufaktur dan 19,75 % bekerja pada sektor jasa. Hal ini juga menggambarkan bahwa telah terjadi pergeseran komposisi penduduk yang bekerja di setiap sektornya, dimana sektor pertanian mulai menunjukkan adanya penurunan persentase sedangkan sektor manufaktur dan jasa mengalami peningkatan persentase penduduk bekerja.

3.  Distribusi Penduduk

Dilihat dari aspek distribusi penduduk yaitu penduduk terbanyak di Kabupaten TTU terdapat di Kecamatan Kota Kefamenanu yaitu sebesar 15,9 %, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Noemuti Timur
yaitu sebesar 1,6%. Kota Kefamenanu merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk dan kepadatan rumah tangga tertinggi yaitu masing-masing sebesar 487 orang/km 2 dan 6 (enam)

Geologi

Secara umum pulau Timor dan kepulauan Nusa Tenggara lainnya terletak pada wilayah Ring Api Pasifik Seismik yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Eurosia, tepatnya pada busur Sunda-Banda bagian luar atau
busur geantiklin yang dimulai dari Timur ke Barat sebelah Selatan yang tidak bergunung api atau merupakan rona gempa dangkal. Pulau Timor termasuk kedalam tipe pegunungan kelopak dimana intensitas tektoniknya cukup aktif
dengan sesar sungkup yang cukup banyak ditemukan di bagian selatan, hal ini menyebabkan litologi yang menyusun daerah ini cukup rumit dan sering mengalami perulangan (Rosidi, Suwitodirdjo dan Tjokrosapoetro, 1974/1975). 26
Berdasarkan peta geologi Lembar Kupang-Atambua, Timor skala 1:250.000, (Suwitodirjo dan Tjokrosapoetro, 1996), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi bahwa pergerakan tektonik di pulau Timor yang berlangsung sejak Kapur hingga akhir Eosen akibat pergerakan benua Australia ke utara dengan zona penunjaman condong ke utara. Akibat pergerakan tersebut terjadi benturan busur kepulauan “Paleo Timor ” dengan kerak samu dera Hindia. Pada waktu proses perbenturan inilah, sehingga terjadi pembentukan batuan campur aduk, pengendapan formasi Noni, Haulasi dan formasi Ofu,
penempatan batuan-batuan basa dan ultrabasa serta peralihan pada formasi Maubisse, Ailieu dan komplek Mutis.
Secara umum stratigrafi geologi di daerah ini diklasifikasikan ke dalam empat unit yaitu unit batu karang, liat, batu gamping dan aluvial. Di daerah batu karang umumnya mempunyai bentuk lahan yang relatif datar sampai berombak,
tetapi dominan ditutupi oleh batuan induk dan batuan lepas dalam luasan yang cukup besar. Unit liat umumnya dicirikan dengan topografi yang sangat curam dengan erosi parit yang hebat serta potensi longsor yang besar. Unit batu gamping
mempunyai bentuk permukaan yang relatif lebih landai akibat peresapan (infiltrasi) air yang lebih baik dari liat. Sedangkan unit aluvial umumnya mempunyai bentuk permukaan yang datar yang terbentuk di pinggiran sungai atau endapan pada muara sungai.



Penulis : AtoinMeto ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

author
Artikel Profil Wilayah ini dipublish oleh AtoinMeto pada hari Kamis, 02 Mei 2013. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Profil Wilayah
 

0 komentar:

Posting Komentar


English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Recent

Firefly Pointer 2

Windows Live Messenger

diooda